Usamah Still Alive


Untuk kepentingan pribadi dan negaranya, Presiden Obama sangat membutuhkan kematian Usamah bin Ladin saat ini.

‘’I believe, he’s still alive,’’
tandas Azlan Mohd Shariff, Direktur Operasional Bantuan Kemanusiaan Global Peace Mission Malaysia. Pensiunan Mayor Angkatan Udara Malaysia ini tak begitu saja mempercayai klaim Amerika bahwa mereka sudah menghabisi Usamah bin Ladin 1 Mei lalu.

‘’Saya pernah bertemu Usamah, berpelukan, berikrar untuk berjihad, lalu minum teh dengannya di pegunungan Tora Bora,’’ Azlan mengenang pengalamannya saat berada di Afghanistan pada 2001. ‘’Ada 15 orang yang mirip Usamah dan mengaku dirinya Usamah,’’ ia menambahkan.

Dini hari awal Mei 2011, Presiden Barack Obama mengumumkan bahwa pasukan komando Amerika (Navy Seals) berhasil menamatkan riwayat Usamah. Pria Arab ini kepalanya dilabeli hadiah Rp 215 miliar karena dituding dalang penyerangan menara kembar WTC di New York, AS, pada 11 September 2001.  Setelah 10 tahun diburu, Usamah konon berhasil disergap dan dibunuh di Kota Abbottabad yang berjarak sekitar 200 meter dari Akademi Militer Pakistan.

Dengan dalih agar jenazah dan makamnya tak menjadi simbol perlawanan, Amerika mengaku membuang mayat Usamah ke Laut Arab bagian selatan dari atas kapal induk Carl Vinson. Televisi Pakistan menayangkan gambar wajah Usamah yang sudah tak bernyawa. Tampak kening Usamah tertembus peluru serta sekujur wajahnya dipenuhi luka. Foto itu kemudian dikutip beberapa media di Inggris.

Namun, segera saja foto tersebut diketahui bodong. Bahkan kedua foto dengan wajah berdarah hasil manipulasi (montage) itu sudah didaringkan secara online sejak dua tahun terakhir.
Tak ayal, beberapa media Inggris yang telanjur memuatnya di halaman depan situs online seperti Mail, Times, Telegraph, Sun and Mirror, buru-buru men-drop.

Koran The Guardian mengakui, foto palsu itu dipublikasikan kali pertama di themediaonline.org yang beredar di Timur Tengah pada 29 April 2009. Harian tersebut juga mendaftar sejumlah keterangan penting yang tidak konsisten seputar berita kematian Usamah.
Apa boleh buat, klaim badan intelijen AS bahwa DNA mayat itu sama dengan sampel DNA anggota keluarga Usamah, tak mampu meyakinkan dunia.

"Maaf, bila percaya kematian Usamah, Anda bodoh," kata aktivis antiperang, Cindy Sheehan, di wall Facebook-nya. "Berpikirlah yang sehat, mengapa mereka malu-malu menguburkan Usamah di laut?"
Sejumlah warga Abbottabad pun menolak cerita kematian Usamah. "Tak ada yang percaya itu Usamah. Kami hingga kini tidak pernah melihat ada orang-orang Arab yang berkeliaran di sekitar sini," kata Bashir Qureshi (61) sembari tertawa. "Mereka (AS) mengatakan telah melempar mayat Usamah ke laut. Itu sama sekali salah, dia tak berada di sini," tandasnya.

"Saya tak yakin Usamah berada di sini," kata Haris Rasheed (22), yang bekerja di sebuah restoran cepat saji. "Bagaimana bisa tak seorang pun mengetahui dia berada di sini," katanya.

"Dan, mengapa mereka (AS) menguburkan mayat Usamah begitu cepat? Semua ini kepalsuan, drama belaka," imbuh Haris.

Waly ur-Rahman, komandan Mujahidin di Pakistan, menegaskan bahwa Usamah bin Ladin masih hidup dan sehat. “Aku tidak bertemu secara langsung dengan Syeikh Usamah, namun saya dapat mengonfirmasikan dengan jelas kebenaran bahwa Syeikh Usamah bin Ladin masih hidup dan dalam keadaan baik,” ujar Rahman dalam statemen video yang dilansir Forum Islam Ansar, mengutip siaran berita BBC Arab.

Shakil Ahmed, pekerja pada perusahaan farmasi, mengemukakan teori, Barack Obama membutuhkan dalih kuat untuk menarik mundur 130 ribu tentara di Afghanistan dan menyudahi agresi serta kolonialisme selama 10 tahun. Maka direkayasalah drama kematian Usamah.

"AS ingin keluar dari Afghanistan. Mereka mengatakan Usamah telah tewas dan kini mereka punya alasan," simpulnya.

Teori konspirasi yang diyakini sebagian masyarakat tersebut diungkapkan Wall Street Journal. Dimulai dengan keganjilan drama WTC New York 9/11 sampai kematian Usamah Abbottabad 1/5.
Dalam berbagai keganjilan tersebut, terlibat nama Marc Grossman. Staf urusan politik luar negeri AS ini, seperti diungkap  Koran Pakistan Pakistan The News, mengadakan pertemuan rahasia dengan kepala Badan Intelijen Pakistan atau Inter-service Intelligence (ISI), Mahmud Ahmed. Perjumpaan empat mata itu berlangsung jelang pengeboman menara kembar WTC.

Harian Times India menulis, Ahmed diduga pernah mentransfer uang senilai 100 ribu dolar AS kepada Muhammad Atta, pria yang membajak pesawat dalam serangan 9/11.

Namun, AS sama sekali tak menuntut Ahmed. Sebaliknya, Ahmed melenggang keluar Amerika dengan bantuan Grossman.
Skandal itu sempat disorot politikus Partai Buruh Inggris, Michael Meacher. Lewat artikel bertajuk "The Pakistan Connection'' yang dipublikasikan The Guardian, mantan menteri lingkungan Inggris ini menyatakan, "Sangat luar bisa seorang Ahmed tidak pernah diseret dalam pengadilan 11 September."

Pada 2010, Grossman kembali jadi perbincangan surat kabar Pakistan. Pasalnya, ia ditunjuk sebagai utusan khusus AS di Afghanistan dan Pakistan. Penunjukannya dipertanyakan, lantaran dia berhubungan dengan pemodal aksi teroris dan kini jadi pejabat berwenang di wilayah rawan terorisme.

Tiga bulan setelah Grossman menjabat, muncul kabar Usamah bin Ladin ditembak mati di Abbottabad.

Dalam rilisnya kepada media, Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (FPI) mencurigai bahwa isu kematian Usamah hanyalah propaganda Obama untuk memenangkan pemilihan presiden AS yang akan datang.  Terlebih Obama tengah dipertanyakan status kelahirannya. FPI mengingatkan agar kaum muslimin melakukan tabayyun (check and recheck) atas berita versi orang kafir. Apalagi berita itu disertai berbagai keganjilan.

Namun bila memang berita itu benar, maka FPI menyatakan bahwa Usamah telah gugur sebagai seorang syuhada. Sesuai ajaran Islam, mayat Usamah tak perlu lagi dimandikan dan dishalatkan. Cukup dikafankan dengan pakaian yang dikenakannya saat syahid dan wajib dikuburkan secara Islami.

‘’Kalau benar Amerika membuang mayat Usamah ke laut, FPI mengutuk tindakan biadab itu sekaligus mengecam siapa saja yang telah berpesta pora menyambut kematiannya. FPI juga menuntut AS agar segera mengembalikan jenazah Usamah kepada keluarga atau kerabatnya untuk dimakamkan secara Islam,’’ tulis FPI dalam rilis yang diteken Habib Rizieq Shihab.

Lepas dari benar tidaknya berita tentang kematian Usamah bin Ladin, FPI menegaskan bahwa Usamah adalah sosok mujahid sejati. ‘’FPI menampik tuduhan yang mengatakan bahwa Usamah adalah agen AS. Soal kerjasama Usamah dengan AS saat perang melawan Uni Soviet, itu terjadi akibat kepentingan yang sama, sebagaimana kerja sama ormas Islam, ABRI dan AS saat melawan PKI di Indonesia,’’ jelas FPI.

FPI juga menyeru agar generasi muda Islam di seluruh dunia belajar dari perjuangan Usamah bin Ladin yang telah meninggalkan kejayaan dunia untuk mengabdikan diri pada kepentingan Islam. (nurbowo)

Box:

Atau Sudah Lama Syahid?


Selain yang percaya Usamah bin Ladin masih hidup, sebagian orang justru menduga Usamah sudah lama ditangkap atau gugur oleh serangan Amerika. Inkonsistensi klaim atas Usamah jadi penyebab kedua anggapan itu.
 

Pada 2001, CNN menyebutkan Usamah menderita diabetes, tekanan darah rendah, dan luka di kakinya. “Dia kekurangan cairan, dan sakit ginjal,” rilis CNN. Akhirnya di penghujung 2001, Usamah dinyatakan sudah meninggal oleh Presiden Pakistan Pervez Musharraf.

Tapi 1 Mei lalu, atau satu dekade kemudian, Usamah dinyatakan ‘’mati untuk kali kedua’’. Ekspos kematiannya bertepatan dengan momentum pemanasan jelang pemilihan presiden Amerika. Presiden Obama harus memenuhi janjinya untuk menarik pasukan militer dari Afghanistan dengan dalih yang ‘’terhormat’’. Dia juga perlu menghentikan isu akta kelahirannya yang kontroversial.

Menurut Komandan Laskar Pembela Islam, Munarman, informasi simpang siur demi kepentingan politik semacam itu sudah biasa dalam perang. ‘’Perang itu siasat,’’ ia mengingatkan.

Contohnya, mayat Aris dan Ibrohim, ‘’teroris’’ yang mayatnya ditunjukkan polisi masing-masing di Bekasi dan Temanggung.  Jum’at hari nahas itu, 8 Agustus 2009, pekerja bengkel Aris masih Jum’atan di Solo. Eh, tahu-tahu sorenya sudah jadi mayat di sebuah rumah yang menyimpan bahan peledak di Bekasi. Sedangkan mayat Ibrohim ‘’menggantikan’’ jenazah ‘’Noordin M Top’’ di sebuah rumah yang digempur 600-an polisi Densus-88 selama 17 jam nonstop, 7-8 Agustus 2009.
(nb)